Senin, 29 Oktober 2012

Ikan Nila Nirwana (Nila. Ras Wanayasa)


I.     PENDAHULUAN
Sumber daya alam yang ada di negara kita sangat melimpah, termasuk dalam bidang perikanan dan kelautan. Namun dalam hal pemanfaatan dan pongelolaannya kuarg optimal, banyak penangkapan-penangkapan liar yang dilakukan sehingga apabilahal ini dilakukan ters-enerus maka kekayaan alam kita khususnya perikanan akan mengalami pengurangan yang drastis. Dalam bidang budidaya perikanan, untuk melakukan mengurangi dampak dari kegiatan tersebut, dilakukanlah berbagai teknologi untuk meningkatkan produksi perikanan tanpa melakukan penangkapan yang akan merusak kelestarian ikan yang ada di perairan Indonesia.
Ikan Nila di Jawa Barat merupakan ikan introduksi yang datang pertama kali dari Taiwan pada. tahun 1969 (Hardjamulia & Djajadireja 1977). Tahun 1975didatangkan Nila. Hibrid (hasil silang T. nilotica dan T. mossambica) dari Taiwan. Nila. Merah muncul pada. tahun 1981 yang diintroduksi dari Philipina. Kemudian pada tahun 1988 – 1989 didatangkan Parent Stock Nila Chitralada dari Thailand, namun tidak berkembang.
Ikan Nila GIFT merupakan varietas baru dari jenis Ikan Nila yang yang dikembangkan oleh ICLARAM di Philipina. Ikan Nila GIFT tersebut diintroduksi dari Philipina pada. tahun 1995 – 1997. Pada. tahun 2002 BPBI Wanayasa memperoleh famili Ikan Nila GET (Genetically Enhanched of Tilapia). Ikan Nila GET tersebut diintroduksi dari Philipina oleh Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat melalui BFAR (Bureau of Fisheries and Aquatic Research).
Sejak pertama kali didatangkan, sejak itu pula. budidaya Ikan Nila. dimulai. Kemampuan Ikan Nila dalam beradaptasi dengan lingkungan barunya menjadikan ikan ini mudah menyebar dan menjadi primadona dalam dunia budidaya perairan, khususnya perairan tawar.
Penyebaran Ikan Nila yang sangat cepat didukung dengan kecepat barunya bereproduksi menjadikan perkembangan ikan ini tidak terkontrol. Dampak negatifnya adalah banyak terjadi silang dalam (inbreeding), yang berakibat pada menurunnya kualitas genetik ikan, selanjutnya akan menyebabkan turunnya performa ikan tersebut baik pertumbuhan, daya tahan terhadap, penyakit,maupun kemampuan beradaptasi terhadap perubahan lingkungannya.
Untuk mengatasi penurunan kualitas genetik Ikan Nila tersebut, Ariyanto (2004) menyatakan salah situ langkah yang dapat ditempuh adalah melaksanakan program pemuliaan dengan Sasaran akhir mendapatkan induk lkan Nila unggul. Keunggulan tersebut diharapkan dapat diwariskan pada keturunannya, sehingga menghasilkan benih unggul (berkualitas). Salah situ alternatif program pemuliaan dalam menghasilkan induk unggul adalah melalui program penangkapan seleksi (selective breeding).




II.  ISI

2.1 IKAN NILA NIRWANA (Nila Ras Wanayasa)
Upaya-upaya mendasar yang mengarah kepada penangkaran selektif Ikan Nila telah dimulai oleh Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Provinsi Jawa Barat yang berlokasi di Wanayasa dengan mengoleksi 18 famili Ikan Nila. GIFT generasi ke-6 dan 24 famili Ikan Nila GET dari Philipina. Selanjutnya pada tahun 2003, BPBI Wanayasa melakukan kerjasama dengan para. pakar perikanan dari Tim Ahli Tilapia Broodstock Center, untuk menyusun dan melaksanakan program pengelolaan dan seleksi Ikan Nila tersebut dengan tujuannya untuk mernpertahankan atau bahkan mernperbaiki kualitasnya.
Sumber genetik kegiatan seleksi adalah GIFT (Genetic Improvement for Farmed Tilapia) dan GET (Genetically Enhanched Tilapia). Saat ini dalam kurun waktu pengerjaan selama 3 (tiga) tahun, BPBI Wanayasa telah mendapatkan induk penjenis (Great Grand Parent Stock/GGPS), yang selanjutnya diberi nama Ikan Nila Nirwana. (Nila. Ras Wanayasa) yang, penyediaan dan diseminasinya diawasi oleh pemerintah.
Kegiatan seleksi dilaksanakan di Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Wanayasa, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat. Pelaksanaan seleksi famili dimulai pada minggu ke-3 bulan Juli Tahun 2003 dan masih berlangsung sampai dengan saat ini.


2.2 PROSEDUR PELAKSANAAN SELEKSI DAN HASIL YANG DICAPAI
Program penangkaran selektif yang dilaksanakan adalah seleksi famili” (Gambar 1), mengacu pada SPO pemuliaan Ikan Nila yang diterbitkan oleh Pusat Pengembangan Induk Ikan Nila Nasional (PPIIN) tahun 2004 yang dimodifikasi sesuai dengan kondisi lapangan.
Tahapan kegiatan untuk setiap generasi dilakukan dengan langkah kerja sebagai berikut :
1.  Menyiapkan sejumlah famili dari koleksi yang ada;
2. Mengkondisikan Induk Ikan Nila yang akan diseleksi agar dapat memijah secara bersamaan;
3. Memijahkan sebanyak 5 (lima) pasang Induk untuk masing-masin famili hasil persilangan yang baru;
4. Mengamati secara periodik untuk menandai pasangan-pasangan yang memijah
5. Benih ikan dari pasangan masing-masing famili yang memijah pada hari yang sama digabung dan diambil secara acak sebanyak 500 ekor untuk dipelihara lebih lanjut;
6. Pendederan benih ikan dilakukan pada hapa berukuran 5 x 2 x 1,5 M3 di kolam sampai dapat dibedakan antara jantan dan betina secara Morfologis (umur 4 bulan);
7. Kelompok Ikan Nila jantan dan kelompok Ikan Nila Betina ditimbang dan diukur (panjang baku, tinggi badan dan panjang kepala) satu per satu.;
8. Kemudian. dipilih 10 ekor betina terbesar dan 10 ekor jantan terbesar dan selajutnya ditagging serta dilakukan pencatatan
9. Setiap famili hasil seleksi dipelihara secara terpisah antara jantan dan betina sampai siap dipijahkan untuk membentuk generasi berikutnya.
Hingga saat ini dalam kurun waktu pengerjaan selama 3 (tiga) tahun, telah didapatkan tiga generasi Induk (F1, F2 dan F3). Dengan rincian jumlah famili, sebagai berikut:
• F1 menghasilkan 33 famili;
• F2 menghasilkan 34 famili;
• F3 menghasilkan 44 famili;
2.3 RENCANA MENGEMBANGKAN DAN PRODUKSI
A. Rencana Pengembangan. Melanjutkan kembali kegiatan seleksi hingga. dapat menghasilkan lnduk Nila Nirwana generasi selanjutnya.
B. Rencana Produksi. Memperbanyak dan mendistribusikan. turunan Induk Nila Nirwana kepada petani/UPR.













III.   PENUTUP

Ikan Penjenis (GGPS) dari Ikan Nila Nirwana (Nila Ras Wanayasa) akan dicapai pada generasi ke-3 atau sekitar 3 tahun sejak awal tahun 2004. Selama proses berlangsung, ikan-ikan tersebut dipelihara secara terkontrol, cukup pakan dan kepadatan yang rendah agar karakteristik genetiknya dapat tereksploitasi.
Secara periodik ikan-ikan yang sedang dalam proses seleksi ini dipantau morfologi dan morfometriknya. Genetic Gain setiap generasi. diukur dengan perbandingan laju dan populasi kontrolnya.
Selanjutnya akan hadir Ikan Nila Nirwana atau Nila Ras Wanayasa-1, Wanayasa-2 dstnya yang merupakan perbaikan secara genetik dari generasi yang sebelumnya. Program penangkapan selektif Ikan Nila Wanayasa ini dilakukan sepenuhnya oleh staf-staf terampil BPBI dengan bimbinaan dari Tim Ahli “Tilapia Broodstock Center”.


DAFTAR PUSTAKA
sumber : Dinas Perikanan Propinsi Jawa Barat,2008














HISTOLOGI TULANG, HATI, GINJAL, INSANG, GONAD, OTOT DAN EVITEL IKAN


A. Histologi
Histologi berasal dari bahasa Yunani yaitu histos yang berarti jaringan dan logos yang berarti ilmu. Jadi histologi berarti suatu ilmu yang menguraikan struktur dari hewan secara terperinci dan hubungan antara struktur pengorganisasian sel dan jaringan serta fungsi-fungsi yang mereka lakukan. Jaringan merupakan sekumpulan sel yang tersimpan dalam suatu kerangka struktur atau matriks yang mempunyai suatu kesatuan organisasi yang mampu mempertahankan keutuhan dan penyesuaian terhadap lingkungan diluar batas dirinya (Bavelander, 1998).
Menurut Wikipedia (2009), histologi adalah bidang biologi yang mempelajari tentang struktur jaringan secara detail menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis. Histologi dapat juga disebut sebagai ilmu anatomi mikroskopis.
B. Proses Histologi
Cara pembuatan sediaan histologis disebut mikroteknik. Pembuatan sediaan dari suatu jaringan dimulai dengan operasi, biopsi, atau autopsi. Jaringan yang iambil kemudian diproses dengan fiksatif yang akan menjaga agar sediaan tidak akan rusak (bergeser posisinya, membusuk, atau rusak). Fiksatif yang paling umum digunakan adalah formalin (10% formaldehida yang dilarutkan dalam air). Larutan Bouin juga dapat digunakan sebagai fiksatif alternatif
meskipun hasilnya tidak akan sebaik formalin karena akan meninggalkan bekas warna kuning dan artefak. Artefak adalah benda yang tidak terdapat pada jaringan asli, namun tampak pada hasil akhir sediaan. Artefak ini terbentuk karena kurang sempurnanya pembuatan sediaan (Wikipedia I, 2009).
Affuwa (2007), menyatakan bahwa membuat histologi jaringan hewan mula-mula dengan menyiapkan jaringan segar dalam pengamatan mikroskopis yaitu dengan cara fiksasi. Tujuan dilakukannya fiksasi adalah mencegah terjadi kerusakan pada jaringan, menghentikan proses metabolisme secara cepat, mengawetkan komponen sitologis dan histologis, mengawetkan keadaan sebenarnya, mengeraskan materi yang lembek, dan jaringan-jaringan dapat diwarnai sehingga bisa diketahui bagian-bagian jaringan.
Faktor-faktor yang berperan dalam fiksatif adalah buffer (pH), suhu yang rendah mencegah autolisis,untuk mendapatkan daya penetrasi yang tinggi digunakan irisan setipis mungkin, perubahan volume, osmolaliitas pada larutan fiksatif, penambahan deterjen sehingga fiksatif cepat masuk, konsentrasi, dan waktu fiksatif. Dehidrasi memiliki fungsi menghilangkan air dalam jaringan. Bahan yang digunakan untuk dehidrasi harus mampu menggantikan fungsi air. Dehidrasi yang baik dilakukan secara bertahap yaitu mulai dari konsentrasi 70% sesuai dengan pelarut Bouin formol kemudian berturut-turut ke dalam alkohol 80%, 90%, 96% dan alkohol absolut. Pada setiap konsentrasi dilakukan pengulangan 3 kali (Botanika, 2008).
Selanjutnya tahap dehidrasi, dehidrasi dilakukan setelah fiksasi dengan tujuan untuk mengeluarkan air dari jaringan, ini merupakan prinsip dari teknik parafin yaitu air dikeluarkan dan diganti dengan parafin sehingga blok jaringan mudah dipotong, ini dilakukan 2 tahap yakni dehidrasi dan penjernihan. Proses dehidrasi dilakukan dengan memasukkan jaringan yang sudah difiksasi kedalam larutan alkohol berturut-turut dari kadar 70% sampai 100% (Robby , 2000)
Selanjutnya dengan proses clearing, untuk memungkinkan paraffin dapat masuk ke dalam sel, haruslah alkohol di dalam organ diganti dengan zat yang mudah mengusir alkohol tetapi kemudian harus bisa diusir oleh paraffin. Clearing atau dealkoholisasi ini dapat menggunakan aceton, benzol,toluol, dan xilol. Proses clearing dapat dilakukan selama 24 jam (Jvetunud, 2008).
Embedding dilakukan dengan membuat kotak kertas. Beberapa keuntungan menggunakan kotak kertas yaitu bisa membuat arah sayatan dan menandai jaringan. Sebelum jaringan atau sampel ditanam maka terlebih dahulu paraffin dalam kotak harus membeku pada bagian dasarnya sehingga memungkinkan objek tidak langsung menempel pada dasar kertas. Blok paraffin yang akan disayat dulu maka dibentuk dulu (trimming). Bentuk blok disesuaikan dengan bentuk pitanya yang diinginkan. Hal in dikarenakan penampang blok paraffin menggambarkan blok pita yang akan diiris. Letak mata pisau pada mikrotom sangat menentukan hasil yang diperoleh. Pisau dibersihan dengan xylol dari sisa-sisa paraffin yang menempel. Hasil sayatan diambill dengan menggunakan kuas secara hati-hati. Hasil sayatan diletakkan dalam bak khhusuus dann diperhatikan urutannya. Pita hasil sayatan ditempel pada kaca objek dengan menggunakan meyer albumin. Kaca objek selanjutnya diletakkan di atas meja penangas (heating plate) (Botanika, 2008).
Selanjutnya tahap dehidrasi, tahap rehidrasi atau dehidrasi sangatlah penting dilakukan sebelum dilakukan pewarnaan. Hal itu baru dilakukan bila paraffin dalam sayatan sudah larut dan biasanya dilarutkan dalam xylol (Botanika, 2008).
Proses sectioning diawali dengan pengirisan blok parafin dengan scalpel, sehingga permukaan blok parafin yang akan diiris dengan mikrotom berbentuk segi empat. Irislah sedemikian rupa, sehingga preparat akan terletak tepat berada di tengah blok. Proses pewarnaan dilakukan setelah preparat dideparafinasindengan merendam preparat pada xylol. Salah satu pewarna metode parafin pada jaringan hewan adalah hematoxylin dan Eosin. Zat warna hematoxilin ini bersifat aquaosa (Botanika, 2008).

Jenis-jenis histologi ikan:
1.   Histologi Tulang
Gambar 1. Histologi tulang ikan normal
Tulang adalah jaringan yang tersusun oleh sel dan didominasi oleh matrix kolagen ekstraselular (type I collagen) yang disebut sebagai osteoid. Osteoid ini termineralisasi oleh deposit kalsium hydroxyapatite, sehingga tulang menjadi kaku dan kuat.skip to main | skip to sidebar
JENIS JARINGAN TULANG Secara histologis tulang dibedakan menjadi 2 komponen utama, yaitu :
1.   Tulang muda/tulang primer
2.  Tulang dewasa/tulang sekunder
Kedua jenis ini memiliki komponen yang sama, tetapi tulang primer mempunyai serabut-serabut kolagen yang tersusun secara acak, sedang tulang sekunder tersusun secara teratur.
1.Jaringan Tulang Primer
Dalam pembentukan tulang atau juga dalam proses penyembuhan kerusakan tulang, maka tulang yang tumbuh tersebut bersifat muda atau tulang primer yang bersifat sementara karena nantinya akan diganti dengan tulang sekunder. Jaringan tulang ini berupa anyaman, sehingga disebut sebagai woven bone. Merupakan komponen muda yang tersusun dari serat kolagen yang tidak teratur pada osteoid. Woven bone terbentuk pada saat osteoblast membentuk osteoid secara cepat seperti pada pembentukan tulang bayi dan pada dewasa ketika terjadi pembentukan susunan tulang baru akibat keadaan patologis. Selain tidak teraturnya serabut-serabut kolagen, terdapat ciri lain untuk jaringan tulang primer, yaitu sedikitnya kandungan garam mineral sehingga mudah ditembus oleh sinar-X dan lebih banyak jumlah osteosit kalau dibandingkan dengan jaringan tulang sekunder. Jaringan tulang primer akhirnya akan mengalami remodeling menjadi tulang sekunder (lamellar bone) yang secara fisik lebih kuat dan resilien. Karena itu pada tulang orang dewasa yang sehat itu hanya terdapat lamella saja.
2.Jaringan Tulang Sekunder
Jenis ini biasa terdapat pada kerangka orang dewasa. Dikenal juga sebagai lamellar bone karena jaringan tulang sekunder terdiri dari ikatan paralel kolagen yang tersusun dalam lembaran-lembaran lamella. Ciri khasnya : serabut-serabut kolagen yang tersusun dalam lamellae(lapisan) setebal 3-7μm yang sejajar satu sama lain dan melingkari konsentris saluran di tengah yang dinamakan Canalis Haversi. Dalam Canalis Haversi ini berjalan pembuluh darah, serabut saraf dan diisi oleh jaringan pengikat longgar. Keseluruhan struktur konsentris ini dinamai Systema Haversi atau osteon.
Sel-sel tulang yang dinamakan osteosit berada di antara lamellae atau kadang-kadang di dalam lamella. Di dalam setiap lamella, serabut-serabut kolagen berjalan sejajar secara spiral meliliti sumbu osteon, tetapi serabut-serabut kolagen yang berada dalam lamellae di dekatnya arahnya menyilang. Di antara masing-masing osteon seringkali terdapat substansi amorf yang merupakan bahan perekat.
Susunan lamellae dalam diaphysis mempunyai pola sebagai berikut :
Tersusun konsentris membentuk osteon. Lamellae yang tidak tersusun konsentris membentuk systema interstitialis. Lamellae yang malingkari pada permukaan luar membentuk lamellae circumferentialis externa.
Lamellae yang melingkari pada permukaan dalam membentuk lamellae circumferentialis interna.
2.Histologi Hati
Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh, mempunyai selubung peritoneum dan menerima suplai darah dari vena portae dan arteri hepatica sedangkan darah keluar dari alat tubuh ini melalui vena hepatica yang masuk kedalam vena capa caudalis.
Secara mikroskopis hati tesusun atas asinus dan lobulus. Asinus berpusat pada pembuluh darah axial, berasal dari art hepatica dan vena porta yang berdekatan dengan tractus polar. Bagian perifer dibatasi oleh vena hepatica yang mengelilinginya. Lobulus berpusat pada venula hepatica terminalis. Bagian perifer dibatasi oleh garis imaginer yang menghubungkannya dengan tructus portal yang mengelilinginya. Adanya lapisan sel sinusoid adalah penetrasi dan menutupi ruangan keduanya menahan mikrovilisel menyimpan lemak. Hepatosit poligonal dan mempunyai sentral nukleus dengan ketebalan staining kromatin tepi dan nukleolus utama. Hepatoksik sering kali bengkak dengan glikogen atau netral lemak. Ketika sel berkerut dan semua hati berisi dengan pigmen kuning kolorid.
Gambar 2.  Histology of liver of Treatment A (0.0 mg/l LAS). Magnified 400x. No histological damage was found, the hepatocyt of the liver was clearly shown.

Gambar 3. Histology of liver of Treatment E (0.377 mg/l LAS). Magnified 400x. The congestion were spread allover the liver tissue

Pada gambar tersebut terlihat penampakan sel-sel hepatosit. Di mana sel-sel hepatosit memiliki bentuk yang menyerupai plat tipis atau lembaran-lembaran yang terpisah oleh sinusoida–sinusoida yang tersebar secara radial
Kondisi histologi hati yang baik dengan fungsi yang maksimal senantiasa ditandai oleh bentuk sel normal dan kandungan glikogen yang melimpah. Glikogen itu sendiri merupakan substansi utama yang tersimpan dalam hati tersebar dalam sitoplasma dan biasanya dalam konsentrasi besar.
3.  Histologi Ginjal
Ginjal terdiri dari dua bagian yaitu caput renalis anterior yang tersusun atas jaringan hemapoeitik, limfoid, dan endokrin serta trunkus renalis posterior yang tersusun atas nefron- nefron dikelilingi jaringan limfoid interstitial. Sisi kiri dan kanan dari trunkus renalis berdifusi dan membentuk lengkungan yang mengisi ruangan di antara kedua gas bladder. Di bagian posterior dari lengkungan ini trunkus renalis menipis menyesuaikan lekukan pada gas bladder. Caput renalis terpisah atas bagian kanan dan kiri, terletak dibagian di anterior dan lengkungan tersebut memasuki daerah craneum.
Cairan tubuh dari ikan air tawar memiliki kosentrasi ion yang lebih tinggi di banding dengan lingkungan sekitarnya, kondisi ini disebut dengan hiperosmotik. Untuk mempertahankan gradient kosentrasi tersebut dibutuhkan sistem pembuangan dan koserbasi  dari ion- ion disamping adanya proses ekskresi air yang telah difiltarasi oleh ginjal. Proses filtarsi ini dilakukan ginjal yaitu pada bagian nefron glomerulus yang terdiri dari corpus renalis dan tubulus renalis. Corpus renalis terdiri atas glomerulus-glomerulus yang diselubungu oleh capsula bowman. Epitelia parietalis dan visceralis membentuk ” Bowman’s space” yang memisahkan glomerulus dengan bagian-bagian lain dari ginjal. Glomeruli berukuran kecil dan vasculer dengan tubuli renalis yang mempunyai 6 region sitologis yang berbeda:
1.   Neck region merupakan lanjutan dari epitalia parietalis dan visceralis dari capsula bowman yang mengoisolasi glomerulus. Neck region memiliki lumen yang dikelilingi oleh sel-sel epitel kuboid bersilia sampai kolumner pendek. Sitoplasma dari sel- sel ini tercat basofilik tipis. 2. Tubulus proximalis primer diselubungi oleh epitel-epitel columner tinggi dengan nuklei basalis dan sitoplasma yang tercat eosinofilic tipis. Microvilli dengan puncak berbentuk tepi sikat menjulur ke lumen. 3. Tubulus proximalis sekunder masih tersusun atas sel-sel epitel columner tinggi dengan niclei yang terletak lebih sentral  dan tepi-tepi sikat yang berkembang lebih baik. 4. Tubulus intermedius memiliki lumen yang sempit dikelilingi oleh sel-sel epitel kuboid sampai kolumner pendek dengan teoi-teoi sikat yang tidak jelas. Sel –sel ini tercat eosinofilik kuat. 5. Tubulus distalis tersusun atas sel-sel epitel columner yang brsar. Nukleus terletak ditengah sedangkan tepi-tepi sikat mereduksi atau tidak ada. 6. Tubulus conectivus berukuran lebih besar daripada tubulus distalis. Sel-sel epitelcolumner tercat eosinofilik lemah dengan nukleus terletak dibasal dan tidak adanya tepi-tepi sikat.
Gambar 4. histologi ginjal normal
Gambar 5. Periodic Acid-Schiff (PAS) staining to show fungal hyphae (arrow)within rainbow trout kidney .

4.  Histologi Insang
Insang ikan terdiri dari dua rangkaian utama yang tersusun kepada empat lengkungan tulang rawan dan tulang keras (holobrankhia) yang menyusun sisi-sisi faring. Setiap holobrankhia mempunyai dua hemibrankhia yang menonjol dari pangkal posterior lengkung insang. Hemibrankhia terdiri dari dua baris filamen tipis yang disebut lamella primer. Permungkaan lamella primer melebar akibat kehadiran lamella sekunder berupa lipatan  semilunar yang menutup permungkaan dorsal dan ventral. Insang juga dilengkapi dengan lapisan sel-sel penghasil mukus dan pengekskresi amonia serta kelebihan garam. Pada bagian  tenggah pinggiran anterior di lengkapi dengan gill rakers, yang berfungsi sebagai penyaring partikel-partikel makanan. Posisi insang, struktur dan mekanisme kontak dengan lingkungan menjadikan  insang ikan sangat rentan terhadap perubahan lingkungan. Posisi ini tempat yang cocok untuk terjadinya infeksi akibat  berbagai organisme patogenik.
Lamella insang terdiri  dari sel-sel epidermis tipis dan pilar cells (sel-sel pendukung berbentuk batang ) yang mendukung aliran darah ke insang. Ketebalan lamella berfariasi tergantung kepada spesies dan aktivitasnya. Pertukaran gas berlansung pada lamella sekunder yang merupakan lipatan sel-sel epitel biasanya satu lapis sel yang di dukung dan dipisahkan oleh pillar cells. Lapisan tipis pembuluh darah berada di antara piller cells dan epidermis merupakan tempat terjadinya proses pertukaran gas, pembuangan sisa metabolik yang bersifat nitrogenus dan pertukaran beberapa elektrolit. Pertukaran gas uni juga di lengkapi dengan adanya mekanisme buka-tutup rongga mulut dan celah insang. Pertukaran ion pada lamella dapat mentransfer 60-80% oksigen dari air  masuk kedalan darah. Pseudobrankhia terdapat pada bagian bawah operculum atas. Organ ini berupa lengkung insang dengan satu deret filamen-filamen. Fungsi pseudobrankhia belum diketahui, tetapi di duga merupakan srtuktur yang memasok darah kaya oksigen ke khoroid optika dan retina dan kemungkinan berperan dalam  fungsi-fungsi baroreseptor dan termoregulatar.
Insang dilengkapi dengan sejumlah glandula yang dikenal sebagai glandula brankhial, yaitu sel-sel epitel insang yang mengalami spesialisasi. Glandula tersebut adalah glandula mukosa dan glandula asidofilik (sel-sel khlorida). Glandula mukosa berupa sejumlah sel-sel tunggal berbentuk buah pear atau oval dan menghasilkan mucus dan terdapat baik pada lengkung insang, filamen insang maupun lamela sekunder. Mukus merupakan glikoprotein yang bersifat basa atau netral yang berfungsi sebagai: Perlindungan atau proteksi, Menurunkan terjadinya friksi atau gesekan, Antipatogen, Membantu pertukaran ion, Membantu pertukaran gan dan air
Peranan insang sebagai organ respirasi mengharuskan insang berhubungan lansung air disekelilingnya, maka sebagian dari permungkaan insang ini berfungsi pula sebgai tenpat pertukaran ion-ion tertentu. Pertukaran ion-ion ini terjadi pada sel klorid. Jadi insang turut berperan pula sebagai organ osmoregulasi di samping ginjal. Sedangkan permungkaan luar insang kaya akan sisi muatan negatif seperti fosfolipid (dua lapisan membran sel) dan glikoprotein dari lapisan lendir yang menutupi permungkaan insang (Lacroix,1993).
          Keracunan akibat bahan kimia dapat meningkatkan kecepatan respirasi, di ikiti sebagian atau seluruh tubuh nya menjadi kurang seimbang , terganggunya reduksi pernafasannya dan diikuti rasa sakit dalam waktu lama sampai akhirnya mati. Luas permungkaan insang ikan yang besar dari volume tubuhnya dibandingkan dengan ynag dewasa , sehingga kemungkinan absorpsi toksikan melalui insang juga lebih besar.
Gambar 6. Histopathology of the gill in treatment A (0,0 mg/l LAS). Magnified 400x. It showed that there was no gill damage observed The gill was still in normal condition.
Gambar 7. Histopathology of the gill in treatment F (0,472 mg/l LAS). Magnified 400x. It showed hypertrophy and hyperplasia of the gill lamellae. The number of hyperplasia lamellae was dominant compared to the hypertrophy lamellae. This was due to the increase number of the cells so that the lamellae overlapped and sticked each other.
Struktur jaringan insang terdiri dari sel klorid, eritrosit, lamella primer, sel pilar, penyangga kartilago, sel intermella, dan sel mucosa.
5.  Histologi Gonad
Gambar 8. Histologi Testis Ikan normal
Ket: Spg = spermatogenia; spt pr = spermatosit primer;
spt sk = spermatosit sekunder; Spd = spermatid; Spz = spermatozoa.
Gambar 9. Mature/spawning oocytes in fathead min-now ovary: The oocytes and the yolk granules have attained their maximum size just prior to spawning, and the nucleus is not evident (paraffin, H&E, bar = 100 μm).

6.  Histologi Jaringan Otot
Gambar 10. Histologi Jaringan Otot
Otot tersusun atas sel-sel otot yang fungsinya menggerakkan organ-organ tubuh. Kemampuannya untuk menggerakkan organ tubuh disebabkan karena jaringan otot mampu berkontraksi. Kontraksi otot dapat berlansung karena molekul protein yang membangun sel otot dapat memanjang dan memendek. Jaringan otot ada 3 yaitu: otot polos, otot lurik dan otot jantung.
7.  Histologi Jaringan Epitel
Jaringan epitel terdiri dari susunan sel-sel yang letaknya berdekatan dan disatukan oleh bahan antar sel (intercelular substance). Epitel di satu sisi mempunyai permukaan bebas dan di sisi lain berbatasan dengan jaringan lain di bawahnya. Jaringan epitel merupakan suatu lapisan yang sangat rapat susunan sel-selnya dan biasanya membatasi tubuh dengan lingkungannya baik sebelah luar maupun sebelah dalam seperti dinding usus, pembuluh darah, dan lain-lain.
Ciri-ciri jaringan epitel :
1. Sel-selnya terletak berdekatan dengan susunan tertentu, memiliki daerah pertautan yang jelas dan kuat.
2. Memiliki permukaan bebas dan sel-selnya dapat membentuk penjuluran sitoplasma dengan tujuan tertentu.
3. Lazimnya berdiri pada membran basal (lamina basalis, membrana proporia).
4. Jarang sekali terdapat pembuluh darah di dalamnya.
Perkembangan embrionik dari berbagai sistem organ berasal dari lapisan lembaga ektoderm, endoderm, dan mesoderm.
Gambar 11. fin erosion showing hyperemia (white arrows) and edema (black arrows). Note the infiltration of erythrocytes (white arrows) in the epithelium; x 1260.












Tugas Individu Histologi

HISTOLOGI TULANG, HATI, GINJAL, INSANG, GONAD, OTOT DAN  EVITEL IKAN
Oleh:
Nama : Losita Sustri
NIM  : 0704121066



JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2010